Jumat, 13 Februari 2009

Backdropt Styraifoam


Bikin Backdropt
Pertama, aku bikin pola tulisan pake software corel draw. Yang kubuat perbandingan 1 : 1, lalu polanya di print, jangan lali untuk proses ngeprintnya musti tile, nanti di sambung sendiri secara manual setelah keluar dari printer.
( sebelum ngai lanjutin, ada yang mau ngajarin gak sih, agar tulisan-tulisan gue di perjelas dengan gambar-gambar, caranya dari word, insert gambar udah. Nah masalah, copy – paste dari word lalu ke kotak entry blog ini sendiri aku belum paham bos, tulisan masuk di postingan, eh gambar yang banyak sebagai hasil buat menerangkan rangakaian point kegiatan nga ikut. Tolong ya pak ? )
Kedua, setelah hasil print di lem satu persatu sesuai kebutuhan dan ukuran sesungguhnya dari backdropt yang pastinya besar, tinggi dan panjang itu. Untuk kemudian di gunting pola tadi, nah waktu ngeprint pun fasilitas hairline dan fillnya musti di atur. Hairline di posisi on, sedangkan fill pada posisi none. Ini gue makde sud kan, agar tinta agak irit, karena si catride Cuma bikin pola luarnya aja. Saat ngeprint, dan tidak basah  di kertas buat kita pola si backdropt.
Pola tadi kamu gunting, atau cutterin sendiri.
Temple di atas styraifoam = gabus putih. Perlembar 15 rebu 1 kepingnya. Ukuran 2 X 1 meter.
Nah gunakan pisau yang kita buat sendiri tadi. Kalo saya menggunakan gergaji ukir “U” untuk kemudian di bentang kawat halus bekas elemen, terus di aliri 12, 9, 7 volt dari 1000mA. Semakin besar volt, semakin cepet daya potong, tapi susah saat buat lekukan. Karena si foam keburu lonyot.
Maka dari itu gue kasih sakelar micro.
Waktu foam menyentuh sakelar dia on dan proses pemotongan jalan.
Kira-kira proses potong selesai tinggal sesuaikan aja, jarak perdesign. Mudah kan. Yang terpenting kreasi, semakin awak inovatif, maka semakin menarik kreasi design.

Cari Uang Halal Klik Foto Ini


Panen Manggis Punya “ Pak Andah Sa’u ”

Ini kali team lumrah coba-coba melaporkan kejadian mungut hasil bumi. Di sungai Bemban, Punggur.
Saat itu mentari remang-remang bersinar di atas kepala, sebab pada waktu itu kita tidak dapat dengan jelas memprediksikan keadaan cuaca yang tidak menentu. Hanya saja dapat kami pertegas ini saatnya panen buah langsat tiba.
Langsat punggur terkenal manis, dan ranum. Nama latinnya (……..) dari varietas (……).
Si buah mungil sebesar dua kali bahkan tiga kali kelereng ini, terkenal hingga ke negeri jiran Malaysia – Brunei Darussalam. Banyak wisatawan sesama rumpun menyempatkan diri ke Punggur, yang masih terbilang muda di Kabupaten Kubu Raya ini.
Orang-orang yang tinggal di daerah ini di dominasi suku Bugis pendatang dan turunan, merupakan komunitas berasarkan garis keluarga. Disamping Madura-Melayu. Yang hidup berdasarkan kelompok-kelompok.
Ada pula merupakan pencampuran, oleh karena pertalian perkawinan.
Tanaman yang memiliki akar menjalar selain tunjang, timbul sebagian ke permukaan tanah, di perlukan perawatan yang baik pula agar menghasilkan buah banyak dan tahan akan penyakit buah.
“Biasanya, orang di musim petik ini banyak yang mengambil upahan. Upah mereka terbilang mahal sehari bisa lima puluh ribuan, dengan ketentuan makan tanggung, rokok sembarang milih merek, kopi”. Kata Mak Long Kolek nara sumber kami, yang merupakan kakak pak Andah, bibi dari isteriku. Yang punya keahlian merias pengantin itu.
Salah satu perawatan terpenting adalah pembersihan areal tanam dari semak belukar, dan pengairan pada alur parit kecil, agar buah tidak lekas mengalami gugur. Yang pada akhirnya mengurangi jumlah produksi buah, karena buah lepas dari tangkainya sebelum waktu panen tiba.
Sewaktu kami berjalan-jalan sekitar kebun, di dapati pula buah “gugur”, kami coba untuk memungut untuk kemudian mengupas kulit arinya yang terkesan agak sedikit layu. Lalu “asem, kecut bo….” Saat setelah mencicipi barang yang kecil mungil ini, mataku tekisep-kisep. Dan Icha tersayang menertawaiku.
“Name-eng jak buah jatuh bang, ya masam lah” jelas urang rumahku. Yang lebih gesit memilih buah siap panen itu.
Jam menunjukkan pukul 11 siang pas. Tepat posisiku berada di depan pohon manggis yang rindang dan terkesan angker, karena batang pohon lebih di dominasi warna hitam sekalian di tumbuhi lumut.
Ku tengadahkan pandanganku ke atas, di balik rimbunan daunnya yang hijau terlihat buah si hitam manis ini malu-malu menampakkan tubuhnya yang sintal.
Tadinya orang rumahku ingin memanjat, tapi buru-buru ku larang.
Biasa lah, bukan saja orang yang tengah bercinta saja wajib romantis.
Tapi nga salah aku yang kelewat tua untuk becinta lagi ini. Mencoba untuk menjadi Save-I-There-Man. Dengan cara memegang bonggol-bonggol, ranting dan bertahan di dahan yang kuanggap kokoh.
Mirip Spiderman, kelupaan kostumnya, waktu manjat.
Tiba untuk menjolok buah itu dengan galah yang lama nongkrong rebahan di pohon, bak menyodok bola billiard dengan qyu. Ku coba shooting ball dan buset, terkena tipis hamper aku ikut terjatuh di buatnya.
Susah juga, galah panjang ternyata tak membuat semua buah nurut untuk lepas dari tangkainya. Karena semakin panjang, semakin sulit kita mengambil posisi “enak” buat menyodok, apakah posisi senggereng ataukah akan kita entam dari berokang.
Cara yang terbaik kata orang rumahku, dengan cara di “guyuk = kincah “ ( mengguncang tubuh, tetap bertahan di dahan ) dengan harapan buah tadi karena getaran lurus ke dahan akan di teruskan ke tangkai buah oleh karena cepat rambat gelombang getar bolak-balik tidak di iringi kekuatan si tangkai makanya buah tadi terlepas dari pegangan tangkai dan terjun bebas ke tanah. Hasil riset alang – kadut.
Hunjaman buah bila terkena kepalo bisa bikin puyeng sesaat, karena belum tentu semua buah masak.
Beberapa yang mengkal, ini yang bikin nikmat kalo pas mendarat di jidat. Nyamber jerawat batu, yang punatnya agak biru lebam.
Terbukti si centilku hampir ngambek saat buah manggis tersebut mendarat tepat di jempol kakiknya, tapi terobati mana kala si buah jatuh telak mendarat tepat mengenai bokong induknya ( bujoku ) yang tengah nungging memungut buah jatuh, dia pun terpingkal-pingkal.
Keruan saja ibunya ngamuk melemparkan sisa-sisa pecahan buah tepat mengenai mata kakiku. Seraya tersenyum, “bodo abang tok be…!”. “Eh, yang suroh aku ngincah dahan sape?” aku balik berkilah sambil membalikkan posisi tubuh, mempertahankan senyum kegelianku.
Suasana terasa mesra, mirip saat waktu pacaran kilat.
Makanya lebih enakan pacaran setelah kawin daripada kelamaan pacaran terus kawin malah nga enak. Sesekali harus berkelakar, menghilangkan lika-liku hidup yang di buat susah.
Aku kira sudah cukup, satu kantong pelastik sebagai buah tangan dari buah hitam manis ini. Bekal pulang…., bukan apa-apa man…, ni pohon sama buahnya punya Pak Andah Sa’u. ijin aja belum!.
Berikutnya kami memungut lagi buah-buah langsat jatuh yang berserakan di tanah, tapi ampun pemirsa!, nyamuknya menghitam terbang di sekitar ketinggian tubuh kita.
Sontak si Icha, protes sama nyamuk yang mengejar dan menghunjamkan jarum mautnya ke kulitnya yang sensitive, bentul dan memerah, suaranya saja mirip mesin Mitsubishi Zero One, AU Jepang di jaman perang pasifik raya.
Aku nga betah, mendingan pulang deh. Seraya mengendong si lesung pipit, yang merengek mohon perlindunganku dengan kalimat “may day…, may day!!!” dari serangan bertubi-tubi, bayangkan asap rokok kretek harga tiga setengah ribuan saja tidak mampu mengenyahkan para penyerang yang berjibaku seolah-olah berteriak “banzai…banzai” sambil menyodorkan sangkurnya ke lawan.
Lagi-lagi kantong yang di bawa isteriku sudah penuh semua.
Dan siang itu pun, langit-langit hitam pekat, guntur petir bersiulan mirip akapela, kilatan cahaya petir sesekali terpancrit bak bom fosphor Zionist jatuh menjitaki saudara-saudaraku di Gaza City, bunyinya juga terdengar merdu,mirip bunyi rudal yang singgah di bangunan di hamper setiap sudut kota Gaza.
Tetesan air sedikit demi sedikit jatuh menandakan serangan udara, di atas kebun pak Andah di mulai, tempat perlindungan buat kami hanya, bakul yang telah kosong tapi lebih utama menutupi kepala anakku dari hujaman derasnya titik-titik air, yang jatuh menghempas ke bumi berkah dan rahmat Allah SWT ini. Alhamdulillah.
Sambil long march, kami menyisiri, semak belukar, parit kecil, bunker tikus, dan keciprak air yang sebagian menggenangi patok embarkasi antar kebun.
Kami pulang…

Selamat Ulang Tahun Mama Sayang


Selamat Ulang Tahun mama sayang....Maaf ananda ga' bisa ngasih kado. Cuma do'a agar mama selalu sehat bahagia selamanya.
Dari anakmu....12 Februari hari terindah buat kita semuanya.

Kamis, 12 Februari 2009

Panen


Negaraku Adalah Negara Agraris.

Padi sebelum di giling kulit arinya untuk menjadi beras adalah sala satu bahan pokok utama makanan orang di asia. Tidak terkecuali di Indonesia, khususnya warga di Kalimantan Barat ini, makanan pokoknya adalah beras yang di tanak menjadi nasi yang sebelumnya di tanam oleh para petani lazim di sebut padi.
Bersyukur mempunyai seorang isteri yang rutinitasnya sebagai seorang petani, jadi tau sedikit mengenai cara-cara menanam padi. Sebelum di tanam, media tanam sering di sebut sawah musti di bersihkan dari gulma yang tidak berguna, rumput, alang-alang, adalah musuh petani dan tak kalah penting musuh utama biang keladi kegagalan adalah tikus, serangga. Selain hama yang di sebabkan oleh batang tubuh padi itu sendiri. Dan sekarang di hajar banjir pula.
Selama musim tanam biasanya, para petani terutama kaum perempuan bekerja secara gotong royong berdasarkan kelompok regu.
Kalo di tempatku biasa di sebut “ belaleg” konsonan kata ini berasal dari bahasa Sambas. Yang artine bergantian. Dalam arti setiap anggota berhak mendapatkan bantuan dari para anggota belaleg tadi untuk membantu mengerjakan petak-petak sawah.
Ukuran petak sawah ini bisa berupa “borong” ada lagi istilah “anggar” satu anggar buka 10 depa tangan manusia (bukan lutung) dengan panjang 11,5 depa tangan. Tergantung berapa luas meter persegi lahan yang di miliki oleh petani. Bisa satu hektar, sepertiga, atau setengah hektar, yang di perkecil satuannya menjadi anggar tadi, jadi maen anggar bukan saja di arena olah raga tapi bisa juga di sawah huahaha ha !!!.
Bisa jadi mereka yang memiliki 1 atau 2 hektar sawah bisa saja mendapat jatah di bantu dengan cara demikian.
Tapi justru tidak akan sebanding jika mereka hanya mempunyai lahan setengah hektar saja di balas oleh yang telah mendapat jatah satu hektar tadi.
Selain semaian “lambagkan” (melembagakan : proses persemaian anak padi di area tanam) cepat selesai di lakukan pekerjaan sampingan para ibu petani seperti menganyam tikar, menanggok ikan dan udang receh di tepian anak cabang sungai Kapuas, di depan rumah. Oh ya, markas kami di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Nah barusan ini aku coba kontak ke rumah via hp. Kebetulan aku dan isteri menggunakan jasa operator flexy, jadi nelpon sampai sebel tambah kuping panas, batere low power, agak ngirit biaya, ketimbang pake gsm, paling doyan juga sms. Tapi sakitnya kalo sms bujoku nga ngerti nulis, maklum “gaptech bae be bong….”.
Katanya barusan dia ngeremet santan, buat minyak goreng tradisional. Waktu luang ini adalah karena kegiatan positif dari belaleg tadi.
Salam sayang buat Annisa Warahmah & Ana bujoku… wanita tabah nunguin aku pulang ke rumah.

Datuk (eyang) Bertahan di Usia 103 Tahun



Bernama Saerah, saksi sejarah 3 jaman. Sanggau Ledo.
Pernah mengalami hidup semasa kesulatanan Sambas, Penjajahan Belanda, dan Jepang.
Meski sekarang beliau telah tiada, namun bagiku layak di kenang. Karena pribadi beliau yang sangat sederhana dan tidak neko-neko dalam menjalani hidup ini, bayangkan se-renta itu masih sanggup pergi ke hutan untuk mencari ranting kayu, sebagai kayu bakar. Padahal hari masih sangat buta jam empat subuh, kabut masih pekat menyelimuti perbukitan.
Seperti lainnya, beliau cuma makan sirih yang di racik dengan cara di tumbuk dalam “orak-orak” nama alatnya. Tabung terbuat dari bamboo, pada pantatnya di lapis kayu, alunya linggis kecil dari pipa besi yang ujungnya pipih mirip obeng minus, hal ini di karenakan gigi beliau sudah tidak utuh semua. Sehingga kekuatan untuk mengunyah hanya mengharapkan sisa-sisa serpihan gigi yang usang. Tapi cukup kuat terbukti “ngampak pinang kla-kak-kuk-nye…”

Caleg


Mau nya-Lon Caleg ah…….

Musim sebar pamplet, stiker, baliho untuk musim pemilihan tahun ini semakin gencar. Mirip menyemaikan benih persawahan. Di tebar, di pupuk, asal jangan di bajak.
Semua saling berkreasi untuk mendesign publikasi pamplet atau baliho tadi, ada yang mirip brosur pupuk, mirip bungkus racun tikus, mirip bungkus obat diare pun ada. Cuma yang nga ada, mirip tokoh kartun. Semua pada jaim.
Ya itu tadi, sasaran empuknya rakyat golongan bawah. Menawarkan pencerahan buat esok hari, masalah ntu hari di kibuli lagi ato tidak yang pasti raup suara dulu deh. Iya nga pakde ?.
Masalah nanti komplin akibat kecurangan padahal emang kalah suara beneran, itu biar yang kompeten ngurusin, yang penting dananya ada buat nguras duit rakyat. Dari hasil coblos ulang.
Yah, kalo terus ngurusin kaya begini terus mah, nga bakalan habis cerita ini. Kalah cerita komik, pantesan rating untuk bacaan komik saat ini melorot tajam. So, karena selebaran caleg lebih banyak terserakan ketimbang serakan komik anak-anak yang di sobek-sobek.
Bekas maenan perahu kertas, si Imam.
Program yang di tawarken para caleg tadi beragam, ada yang menawarkan solusi saket kepala akibat hutang, saket perut akibat mag akut karena mengkonsumsi formalin dan ada pula kiat sukses lewat bantuan yang besok-besok tak pernah sampai. (Mungkin nga pake cap pos, hanya sms doang sih).
Ada pula yang diem-diem tersipu malu, bingung mau nawari apa. Karena belum punya konsep jelas, kalau pun ada nda tegoran, antara design kalender ama isi pamplet tadi. Tapi kebanyakan Cuma foto, lagi keep smiling, serius, melotot, sangar, bahkan niru tokoh.
Jadi iri rasanya kalo begini, andaikan aku juga bisa niru mereka untuk ikut di kancah pemilihan, yang siap di kincah ini. Mungkin pencerahan nasibku dan orang-orang di sekitar ku bisa terikut lebi baek. Tapi mane duli….!, siape yang peduli sama aku. Jangankan partai, bapak-bapak paduka sekalian mungkin semak liat muke awak ni.
Tapi yang jelas aku mau, sebab pernah caleg minta jasa tukang seting dan sablon kayak aku buat cetak pamplet, brosur, kalender baliho. Tapi kalo aku lebih siap tempur di kancah – kincah ini, aku siap nyetak saban pagi-siang-malam via Pentium III butut ku ini. Siap tebar pesona pokoknya, posenya di usahakan lebih variatif, mau ketawa lebar selebar selebaran, mau serius sampai kelihatan gurat di kening, mirip ikan betook di tube terserah gue dong, agar simpatisan percaya di lubuk hati yang paling dalam.
Atau nanti design ku, yang baliho ku buat aku bersanding sama buah hatiku, nunggangi Vespa butut yang belum lunas ku bayar.
Agar potret kehidupanku ku pamer kan, bahwa aku merupakan bingkai kesenduan. Dari potret lika-liku hidupku yang memang “lumrah” ku jalani dan tidak was-was untuk di konsumsi.
Dan bukan scrip sekenario kehidupan yang di buat-buat. Aku hidup di kalangan kaum susah, susah payah pula ku jalani bakat, ilmu yang ku dapat siang ke malaman, dengan bayaran yang sering kali susah buat ku untuk membayar barang-barang sembako dengan susah, di cari kalau pun ada semakin mahal.
Susah bergerak usaha ku, karena modal cat semakin naik, susah !.
Bayaran minta naek dikit susah, sementara kita minta naik dikit buat ngimbangi kebulan dapur yang bukan pake gas, melainkan tungku perapian. Sementara itu pula ada yang berani murahin 50 perak. Sekedar tau, mau beli modal kertas dari rumah pondok mertua indah musti ke kota yang jaraknya kira-kira belasan kilo, nah si butut buat pp minum premium 2,5 liter. Elu hitung aja, tapi pake kalkulator yang nga soak baterenya ya…susah !
Jadi dari pada di bilang nga kerja, mendingan di ambil. Sukur balik modal, tekor malah. Naseb kau lah wak wak.
Makanya mendingan aku ikut caleg aja lima tahun ke depan, saat itu aku kayaknya siaaap pak !. dari partai mane duli pun aku mau !.
Asal aku nga, nebar fitnah, mbohongi orang-orang yang nota benne emang aku hidup di lingkungan mereka. Dan lebih jelas lagi kenyataan untuk hidup berpahit ketimbang manis udah ku lakoni di panggung teater kehidupan ku ini.
Kalo tadi ngomongi baliho, kalender, nah buat mendirikan balihonya aku nga susah-susah selain aku mendesign sendiri pake photoshoop yang di save as ke tiff. Lalu tinggal serahin ke empunya mesin Mutoh, Roland, Mimaki, Seiko digital printing. Mau cetak di Pontianak, Jakarta, Surabaya, Jepang, Palestina, China. Suka-suka gue, karena aku rajin berburu tempat tersebut, dan mengunjungi sendiri, sampe searching ke situs. Sampe sedetil alat apa yang di perlukan pun aku lumayan tau. Kite..., caleg harus cerdas, serbe tau, serbe bikin hati orang senang dengan melawak.
Enak kan, ini menandakan aku bener-bener siap !. mau ngomong soal politik pernah punya basic di hukum.
Mau mendirikan baliho kira-kira yang punya mesin kebanjiran order, sampe nga bisa layanin pesenanku tinggal starter mesin dan kompresor pasang jack airbrush M-150 badger ku. Gambar sendiri deh. Mau campur motif tribal, atau motif kedau suka-suka aku dong.
Nah giliran mendirikan balihonya, kalo yang laen pake kayu cerucuk atau ring, aku pake cor-coran semen, aku las sendiri, mesin las sewa tentunya. Ilmu cor pondasi ku dapat saat aku pernah bekerja di salah satu perusahaan out door. ( kuat ngayal ).
Apalagi ya…?, nah mau cuap, cuap di udara, promosikan diri sendiri aku tinggal ngontak yang punya broadcasting system, aku sambil ngambil upahan nyiar sambil promo. Ape payah ! wak!.
Pengalaman nyiar awak ade…
Nak, bagikan souvenir bukan payah, sablon sorang. Ulano, screen printing ade jual bah di pasar.
Nah yang lebih efektif lagi, promosi di internet, seperti yang anda baca sekarang, selain buat curhat, promosi, narik simpati, tebar pesona, marahin diri sendiri. Blognya aku buat sendiri, nda minta jasa orang lain. Tadak nak ngalotkan orang, bentuk kepede-an sekalian kepedulian bah.
Mau cetak stiker, tinggal proofing, cetak print out master cmyk, bawa ke tempat kawan yang punya mesin toko offset sampe Roland offset.
Nah sekarang timbul pertanyaan, gimana buat beli kertas, tinta suntik, atau buat bayar jasa print out flexy front lite nya. Apa pake duit maenan ?
Nga kale…, kita kan punya penambal ban, tiep bisa malem nongkrong depan rumah nolongi orang kesusahan dengan jual jasa tambal ban, siang gitu juga.
Punya mesin cuci motor, nyuci sambil bagi-bagi stiker emang haram !.
Punya keahlian buat nyolder ampli rusak trus dapet dokat atau matching in antenne hy-gain VHF 2 meter, emang ini bukan modal. Duit hasil bongkar pasang mesin otok-otok scooter apa nga boleh ? atau buat sekedar ambil jasa instalisasi computer ngadat itu juga peluang bisnis pakde !.
Ke toko kaca bantuin sandblasting kaca, ke bengkal kawan ngambil upahan ngelas, buka cat motor dan airbrush lagi sementara waktu, pasang titik listrik tetangga yang wc nya gelap tiap malem, takut uler naekin. Ngisiin lagu mp 3, jual mesin tetas telur ayam yang di buat sendiri.
Ngedit foto, bantuin bikin undangan, sambil cari order lain, paling parah jual plastic botol bekas, sampe-sampe baskom istri di ikut sertakan buat ngepasin timbangan, apa itu bukan lahan buat ciptaiin modal berkampanye, dan di samping modal buat beli sembako.
Jual beras biniku yang bertani (itu sih same ugak buat modal beramok duak laki bini, heehee).
Aneh…
Inilah caraku nanti berkampanye kalo aku seandainya nyalon jadi caleg….(mimpi nga ya…). Yang jelas, buatku semua itu nga penting dari mana modal kampa ku dapet, lebih penting isi dari programku kelak. Mengajak semua komponen bangsa dan simpatisanku melek, bahwa kemiskinan bukan saatnya untuk di tertawakan, untuk mengeluh, meratapi nasib dengan menyerah kalah, tanpa gelar jadi minder, “soal gelar bagi kebanyakan orang menunjukkan udah jadi orang” jelas Emien.
Makanya anaknya nekat di suruh gontok-gontokan sekolah, lantas si pacar di putusin lantaran gagal total nga punya gelar, padahal si pacar anaknya tadi udah tunggang langgang bantuin anaknya kuliah, dengan cara bantuin dari nganter sampe urusan keluarga, dari kolusi adeknya yang nga cukup masuk test sampe jadi wali. Dari nego buat harga kost sampe nego harga beliin rumah, yang nga minta sepeser pun hasil ngelaba. Sampe di sakiti keluarga tetep aja nga bosenin mendam di hati. Itu yang namanya jadi orang ? lebih gampangan menghina ketimbang mengenang perbuatan…Amien…amien…bisa aja kamu…begitulah pengaruh hidup di kota-kota besar.
Apa selama ini mereka bukan orang, siluman bae yagh kale…yagh….payah!.
Mungkin ada yang minat buat melanggengkan jalanku jadi caleg…, dari partai mane duli…yang penting muke kamek nang ancor labor sekali lagi siap tempur di kancah yang siap untuk di kincah. Muncrat di public, kawan-kawan yang lama nga say hello, angkat jari jempol.
Pokoknya aku betul-betul mau angkat harkat dan martabat orang-orang sepertiku, paling tidak nanti semua ilmu yang ku dapet bisa ku bagikan gratis buat yang emang betul-betul mau maju total.
Jadi nga ada alas an dank u dengar rintihan orang-orang ini makin susah, malah hitungan kesusahan bisa-bisa menuhin data base, yang bikin onar hard disk. Karena orang yang susah ketika tidak di tolong keluar dari kesusahan maka suatu saat dia akan menyusahkanmu. Makanya cita-cita ku mereka harus memiliki bekal untuk berperang melawan kesusahan. Tapi, nga bisa ku baas dulu karena ini big proyek, entar ente curi start ane punya ini konsep, padahal udah cafĂ©-cafek ane siafin pada file laen. En te fagh ham…., Alhamdulillah !.
Niat ingsun, paling tidak. Anak-anak muda di kampong sini ku bekalin ilmu bermanfaat agar kampong ini nga lagi sepi sunyi, gara-gara mereka nginep di “tetangga sebelah”. Bantu rumah tangga, nebasin kebun juragan, Bantu jualan, ngecat rumah majikan, padahal rumah mereka belum tentu di cat dindingnya, di tebas rumputnya belum tentu becek dan Lumpur banjir hilang, jualin barang dagangan belum tentu di rumahnya sendiri di penuhi sembako. Malah ada yang nekat bantuin bikin taman sagala nyak, belum tentu atuh…. di bumi na’ , ada air tarajun nang de’e dapat awak liak dengan jalas boh…
Kalaulah mereka di bekalin olah kanuragan kayak gwe, gue yakin kita berkumpul membentuk satu komunitas yang menghasilkan buat elu-elu pade…, dalam wadah Pusat Pelatihan. Bakal gwe ajarin sampai dapet.
Jadi musti ngapain, ke tetangga sebelah rumah, ntar kalo emak mu yang renta itu sakit emang aku yang harus jagain, elu pade kan anaknya. Kalo kampong ini sepi lantas banyak maling siapa yang meronda, wujud kebersamaan kita membentuk swadaya masyarakat menjaga bagian terkecil keamanan wawasan nusantara kita. Bagaimana nanti kalo musim tebas tiba siapa yang akan di cari buat ngambil upahan nebas, mikul benih, belalegh, ngangkut caer. Sapa-siapa ? tunjuk tangan.
Tidakkah kita harus peduli dengan bangsa dan Negara ini, tidak kah kita harus bermula dari sini.
Sedangkan bintang tak dapat menghadirkan hadirmu, sekarang. Apakah engkau terpengaruh “raihlah cita-cita setinggi bintang di langit” sampai-sampai kalian lupa pulang, karena molah ayunan di pucuk bintang ?.
Bersama saya wax_sanggop.com anda senang, kami senang, di sana senang di sini harus lebih senang, mari kita bersenang-senang, i……ha…..demi kesenangan.
Jadi tunggu Insya Allah, kalo partainya ketemu gue bakal nyalon… nga peduli ada yang dukung apa nga, ada duit apa nga…sing penting, modalku nekat membawa, aspirasi orang-orang yang ku rasakan dekat persoalannya di pelupuk mataku seperti sekarang ini.
Jadi aku tau lah, persoalan-persoalannya. Cuma mau peduli ntar besok kita sama-sama berjuang ya…karena aku rindu kebersamaan kalian membangun rumah kita ini, rumah yang kaya SDA, SDM tapi mengapa ada yang belum sempet sarapan pagi ini, ada yang belum minum kopi lagi…, ada yang belum bisa bayar listrik bu?, tunjuk tangan yang belum dapet pupuk, adek-adek siapa yang hari ini ke sekolah lupa buat pr karena kakak-kakaknya maen ke tetangga ya seharian. Siapa yang kena giliran bawa traktor pak hari gini? Mas, hari gini nga narik? Kenapa?.
Bu, hari gini nanti mancing betook di parit mana? Wah-wah, ladang genjerku subur bener di ladang, lali ambo mbeli pestisida!. Nah yang lebih penting siapa yang mau di tugasi menaikkan sang merah-putih dan menjaganya sepenuh hati?.
Jadi kita perlu bukti bukan janji, dan harus lebih bersih, peduli dan profesioanal. Itu tadi cita-cita kepedulian yang harus kita wujudkan.
Bissmillah…

Selamat Jalan...Ayahku Sayang


Mengenang Ayah Tercinta, Bp. E. Sugandi. SE

Beliau adalah seorang pensiunan teknik PT. Garuda Indonesia saat itu, kepulangan ke rahmatullah membawa duka yang dalam bagi kami sekeluarga.
Awal sakitnya karena beliau menderita diabet berat, setelah pensiun dini, beliau ikut bekerja pada maskapai perusahaan di Singapura. Menangani over houle jumbo jet. Maklum beliau memiliki realese untuk itu. Dan lulus tes kecakapan teknik selalu dengan hasil memuaskan.
Terbukti, sewaktu menjadi teknisi di Pontianak untuk urusan Fokker-28 beliau sering di mintai masukan buat nangani pesawat tersebut rute Jakarta-Pontianak-Jakarta. Dan jarang sekali trouble untuk berangkat dari Pontianak ke Jakarta. Engine selalu sip, beliau terkekeh saat ku jemput pulang, dari bandara Supadio Pontianak. Maklum waktu itu Vespa Sprint nya ku pake buat kuliah. Penataran P4 di universitas negeri di kota ini.
Beliau semasa hidupnya di dedikasikan untuk perusahaan. Pengabdian, disiplin waktu sangat di hargai oleh seorang yang bersuku Sunda ini.
Hari-hari setelah pulang kerja cuma bikin perapian buat hewan peliharaannya sapi, setelah sholat dan makan dengan ibuku di lanjutkan membaca buku panduan si Fokker, yang berbahasa Inggris.
Tak jarang, ujian semesteran bahasa Inggris nya selangit. Waktu di UPB Pontianak.
Tawaran kerja mungkin di dapet dari relasi beliau, bisa jadi license buat realese jumbo jet masih berlaku saat itu. Jadi mudah saja keberadaan beliau di lacak. Tapi yang jelas itu karena dedikasi tinggi beliau, selain supel dan banyak yang senang akan kelakarnya.
Mungkin setiap yang punya ntu, data base nya tersimpan rapi di negeri asalnya atau gimana aku juga nga sempet nanya kemarin.
Kami dulu pernah tinggal di Jakarta seputaran Peta Barat, Jakarta Barat. Dulu mengontrak sebulan sak juta, angka yang fantastis, dan kayaknya penghasilanku nga sampe segitu sekarang hehehe.
Sebelum akhirnya beliau membeli sebuah rumah yang pas buat adik, juga ibuku.
Seperti halnya di Jakarta, beliau cuma pake kopaja ke bandara, selebihnya motong jalan pintas dengan jalan kaki. Bukan karena kikir, beliau seneng jalan, lantaran keramahan beliau menyapa semua orang sehingga lebih cepet di kenal sama masyarakat sekitar.
Satu hal yang terkadang menjengkelkan dengan ulah beliau yang diabet itu, beliau sering nyuri-nyuri minum es kopyor kelapa, bukan karena kelapanya, tapi kebanyakan gula palsunya yang jelas-jelas itu dilarang dokter.
Makanya mama sering ngomel, bukan karena benci, tapi karena perhatian ibuku, juga merasa bertanggung jawab pada suami untuk memperhatikan kondisi kesehatannya.
“Nanti kalo bapak, kekurangan gula juga nga boleh”. Kilah beliau lirih. Kalo kedapetan kami-kami orang memergoki beliau kedapatan minum. Yang lebih lucunya lagi, kadang seperti kucing-kucingan beliau membeli es kegemarannya.
Aku sendiri tidak merasa tega melihat keadaan beliau, asal tidak keseringan biarlah pikirku saat itu.
Ada satu hal yang di tanamkan beliau pada kami, adalah di tanamkannya rasa kasih sayang tanpa membedakan aku yang tiri, dengan anaknya yang lain.
Bukan karena kekuranganku, bahkan diam-diam aku pernah mendengar beliau begitu kagum dengan kepiawaianku melukis, penuh ide kreatif, tapi semua itu tidak membuat aku besar kepala. Dan merasa bangga akan semua itu, karena ku sadar. Semua itu karena beliau yang memfasilitasi aku dengan pendidikan yang telah di ajarkannya.
Ku serap ke disiplinan dari seorang ayah yang baik hati, paling tidak memperhatikan aku yang kutu loncat ini, seperti anaknya sendiri.
Selamat jalan ayah, doa ku semoga peristirahatanmu tenang di sana, semoga kebajikan dan amal yang telah kau berikan kepada ku, senantiasa menjadi bekal amal yang di ridhai Allah SWT. Kedamaian, ringan jalanmu dan di jauhi dari fitnah dunia yang memberatkanmu selama menghadap lillahi rabbi. Amien.

Si Butut Sayang

Berpetualang Dengan Vespa Bututku

Berpetualang sekeluarga tapi bukan dengan kendaraan roda emprat seperti yang anda punya. Memiliki makna tersendiri bagiku. Bagaimana tidak di kala defisit anggaran sering melanda kocek kami sekeluarga. Dui hanya pas-pasan buat beli bensin aku tetep nekat membawa si isteri dan anakku mengelilingi indahnya malam di kota amoy, Singkawang. Kota yang kental dengan nuansa oriental dan memiliki keunikan tersendiri.
Malam itu selepas Isya aku menghidupkan mesin, drueng…tung tung tung. Bunyi knalpot yang siang tadi baru ku beleg sendiri dengan api las. Suara terasa garing karena serabut peredam yang membatu ku buang berikut sekat, dan ku tambah volume buang dengan cara menambah pipa diameter 20 mm pada pengkolan dan langsung ku hubungkan pada perut. Dari perut tadi ku lubangi sambung dengan pipa sama langsung di pertemuken pada lubang buang.
Al hasil suara mirip ketarik pada putaran kecil tapi sebetulnya garang pada putaran atas kayaknya cocok buat touring. Tapi ini juga di dukung dengan lubang bilas dan isap pada ruang abdul bin baker yang telah ku cukur sebelumnya dengan pena penghancur ruang mesin. Akibatnya semburan merata dan napas panjang banget.
Terasa enteng waku gas di betot, suara garing sepesial tidak pake telor angsa bikin ciri khas sendiri. Inilah akibat sering bergaul sama barang-barang rongsokan. Maunya experimen mulu, bisa jadi tukang insinyur di Italia sana marah karena produknya di otok-otok sama pendekar tak bertanggung jawab.
Suka ati.
Anehnya isteriku bilang suaranya beda dengan yang lain orang punya. Ya beda dong… ini lakik mu ni beda ni……
Asik melihat lampu kota, dan anakku yang baru belajar ngomong tah….tuh….tuh… pu….mirip bahasa planet tapi kayaknya kami tau itu lampu “indah sekali pak!”. Lucu dan sering membuat aku gemes. Sama buah hati yang begitu cerdas.
Ini perjalanan ngirit, tanpa sepengetahuan isteriku sebenarnya aku telah menuangkan minyak goreng ke dalam campuran bensin motorku. Sebab oli-ku habis, layaknya seperti isi dompet ini.
Sesampainya di rumah, isteriku yang mengendong si kecil buru-buru masuk kedalam gubug beneran dengan pintu tidak pernah terkunci. Ya rumah itu bekas rumah kakek yang terpaksa kami rubuhkan bagian bangunan utama karena rayap. Dan mempertahankan bagian dapur sebagai tempat hunian sekeluarga.
Terdengar bunyi brug!, sepertinya dia merudu baskom pakaian. Maklum waktu itu kami masih pakai lampu teplok, karena aliran PLN di putus belum di mohonkan untuk sambung kembali. Lagi-lagi masalah duit bok.
Setelah motor ku taruh di belakang rumah, lampu badai menyala, dia berusaha mencari wajan di tengah keremangan sinar lampu. Ketika wajan telah di letakkan di atas perapian tungku, dia mencari botol minyak goreng yang tadi kutuang untuk menggoreng singkong hasil pemberian tetangga di belakang rumah.
Tiba-tiba dia menanyaiku, “mana minyak gorengku bang?”. Terpikir untuk tidak menjawab, karena tadi sebelum pergi ku tuang dalam tanki si butut yang baru saja kami naiki bertiga. Sebagai pengganti pelumas yang tidak mampu ku beli saat itu. Inilah petualangan, tak ada rotan akar pun jadi, artinya tak ada oli pencampur, minyak goreng pun jadi pelumas sementara. Sempel!!!!!!!!!!!!!!

Lowongan Kerja 2009


Bisnis Halal di Internet

Persoalan demi persoalan banyak di hadapi saat ini, yang mencolok adalah angka pengangguran yang signifikan meningkat. Tambah lagi, krisis global menghantam seolah menambah resep susah bagi banyak kalangan.
Lagi, pada kalangan yang betul-betul kepepet mencari kerja. Utang pada numpuk, perut makin kempes, kantong di isi dompet hanya di peruntukkan buat naroh semua bon utang.
Paling juga terdapat ktp yang udah afkir, mana presan nya udah buluk amat, kasian deh lu.
Ini alat yang biasa ku guna kan buat mencari duit halal, namanya aja brushmania man!!! Apa aja sikat…, asal duitnya bukan infaq dari para koruptor.
Biar keringat bikin baju bau apek, jari-jari sering sakit karena ke jepit saat bongkar-pasang-congkel ring ban, di pelak. Yang penting niat insun mas!, kerja keras di kehidupan yang keras asal jangan minum air keras, di atas benda keras, yang dapat mengeras. Ambeklah tu pengeras….
Coba pelototi yang satu ini.
Ini sebuah solusi bagi ban kempes, alat pres yang di otaki oleh siapa? Dari Negara mana ia berasal? Tahun pembuatan? No seri? No mesin? Hak paten?
Cuma di sana tertera tulisan “ Bukan Hasil Korupsi”.
Lalu….utilitas memiliki kelebihan mengatasi bocor ban daleman, dengan cara di pres setelah sebelumnya di beri karet penambal yang kemudian di panasi pake api spirtus.
Biasanya berkisar 5 menit proses tambal selesai, tinggal mengemas kembali ban dalam ke lingkar pelak, lalu di tiup pake pompa, kalo pake mulut, nanti boros bibirnya, lantas ketok magig bibirnya tinggal sorong pake penyengat.
Upahnya per 5000 doang, untuk sekali tambal, kalo yang bocor ban sepeda motornya bintang tamu Bukan 4 Mata yang seksi semua bisa turun 80 % asal berani gendong abang yang tuampan ini dari Kebumen-Cililitan-Celeng-Indramayu pp nga pake singgah beli menyan. Lantas akomodasi di tanggung promoter, kalo nga percaya tukul aja kepalanya mas….Tukul….mas…hayo sapa berani tukul kepalanya mas…Tukul…..aja sekalian.Hehehehe mbanyol
Yang tidak berani dianggap tinggal kelas, dan denda tidak lagi di beri bonus les privat.
Kembali ke alat pres…, kalo beli djadi bisa 100 ribuan, kepikir nga ya…, alat ini di produksi masal yang jelas bisa menyerap keuntungan beberapa kali lipat.
Jelas dong! taruhlah dari profit hasil penjualan laba bersih setelah gaji karyawan 15 ribuan per unit dikalikan 1000 unit tiap hari di kalikan 460 juta milyar tahun….
Wah ternyata, bisa kaya mendadak, dari perkalian tersebut, di puter lagi modalnya di adakan sewa-menyewa penambal ban. Tiap 1,5 meter di buka usaha tambal ban ini. Satu coverage area.
Jadi sampeyan tinggal turun dari rumah mengambil uang sewa tambal tadi sampai keujung balik lagi kerumah dan begitu lagi, nga banyak 500 rupiah saja di kalikan penambal yang telah di produksi di kalikan yang telah terjual di kalikan yang anda sewakan…. Mudah bukan bisnis bagi pemula ini….
Pemula menuju tes psikologis……….!!!!!???? Siapa berminat invest ????
Bapak “bayek la pak! Salok ni dede ni pak…!”

Kata-kata merengek yang sering di lontarkan oleh si sulung Icha kepada aku. Saat ku telpon, untuk menebus rasa kangenku berjumpa, bermain, bersenda gurau dengan buah hati kesayanganku.
Tadinya emang jujur, aku kangen sama ibunya (jangan kasi tau yang laen ya…, rahasia sama situ aja yang baca ini…hue hehe ehe).
Baru aja sepatah dua patah bicara, keburu telpon ibunya di sambar Icha “si lesung pipit” julukan yang di berikan oleh semua orang ketika melihat si centil ini tersenyum. “Bapak, bayek la pak” begitu rengek nya seperti kaset yang di putar berulang-ulang. “Bapak bayek jam blape? Situ ade nek wan keh?” (ibu ku maksudnya) pertanyaan seperti berondongan AK-47 macet.
“Iya sayang, bapak sebentar lagi pulang, tapi bapak kerja dulu…, nanti kita maen lagi ya kalo bapak pulang?” bujukku membesarkan hatinya.
“Dede ni salok (kangen:Sambas), be…same bapak…salok dede ni!”. Tegasnya yang terkadang dengan intonasi yang lebih di tekan pada lafal salok. “Dede ni sayang, ngan bapak, dede nih tunggu bapak pulang….?”. sambungnya berharap.
“Tapi kan bapak cari uang dulu…, buat beli coklat, permen, beli kue, beli pita rambut, beli…”. Bujukku.
“Nda…k!, dede nda mau beli ape-ape, bapak tu nda usah capek, bapak tu nda usah bawak duet, bapak tu, dede cume maok bapak balek be…?” pintanya polos. “Dede ni maen sorang-sorang ni pak…” terangnya.
Membuatku terkekeh, terkadang aku berucap Alhamdulillah, aku di beri seorang gadis mungil yang berpikiran cerdas seperti ini.
Tingakah lakunya, terkadang membuatku semakin gemes, namun satu penyakitnya. Tidak bisa jauh dari pangkuanku, manja itulah sifatnya.
Ya, aku sadar ini terjadi karena aku jarang pulang, untuk setiap harinya. Di karenakan aktivitas mengharuskan aku berjarak dengan buah hatiku. Makanya bisa manja begini, uh….
Tanda-tanda kedekatannya padaku ketimbang induknya, mulai terasa waktu bayi. Setiap kepergianku untuk mencari sesuatu yang merupakan kewajibanku selaku kepala keluarga. Ibunya sambil mengendong selalu mengantarkanku di depan pintu seperti layaknya sinetron.
Dia menatapku dengan mata yang sendu, seolah-olah tau bakal di tinggal beberapa saat, ku lihat air mata isteriku mengalir. Seolah tak tega melihat si centil ini berpisah denganku barang sesaat.
Ini aseli lho, pemirsa !.
Ya, inilah kenyataan yang di hadapi. Dan harus ku lalui, entah sampai kapan.
Yang terpenting aku tak berniat salah, kepada mereka berdua. Aku benar-benar, mencari sesuatu yang memang harus ku cari, dan itulah kewajibanku.
Meski tak selayak orang-orang besar, tak sepadan jerih payahku dengan hasil yang ku dapat. Dan tak semewah atau perlente seperti kebanyakan mereka yang turun naik mobil pribadi.
Paling tidak aku memiliki perlawanan, bahwa hidup yang keras ini harus ku tempa dengan semangat baja dengan beberapa keahlian yang ku dapatkan dari hasil riset ku sendiri, dari lembaga yang bernama yang di sebut “Wax_sanggop, yang melayani segala jenis pekerjaan melalui lintas sector pengorbanan halal”. Karena aku bukan pengemis, aku tak mau hidup ini dalam sebuah jalan buntu.
Belum berhasilnya aku, ini hanya di karenakan aku adalah sebuah boneka yang dapat di nina-bobokan, seperti kobokan.
Yakinlah ini adalah proses, gerbang menuju kesuksesan.
Anak ku sayang berdoa lah, agar esok bapak mu mendapat sebuah wadah yang lebih jelas untuk lebih efisien dalam berkarya. Bukan nasib seperti hari-hari kemarin, bahkan bukan seperti saat engkau belum terlahir ke dunia ini, bukan seperti saat kita hijrah dan pulang lagi ke sini.
Agar esok di kemudian hari bapak tidak lagi bekal tenda, dan bila engaku lelah bapak akan setia meng ipok-ipok kan (ipok-ipok = nina-bobok : bahagialah si nina namanya selalu di sebut).
Icha sayang, sabar ya nak ya…

Pengikut

Sekali Layar Terkembang, Pantang Surut Berlayar

Seperti air, seharusnya hidup memberi kehidupan bagi makhluk di dalamnya...

By Alexa

Review http://www.national-chev.blogspot.com on alexa.com